Perubahan cuaca dan iklim yang
tidak menentu berdampak terhadap penurunan hasil pertanian, bahkan seringkali
gagal. Beberapa jenis tanaman seperti bawang
merah, kubis dan tanaman tahunan seperti mangga sangat rentan terhadap hujan
yang tak teratur. Ketika musim bunga dan tiba-tiba turun hujan ataupun terpaan
angin berdampak pada gagalnya pembentukan buah.
Seperti halnya para petani mangga
di desa Panda kecamatan Palibelo kabupaten Bima, tahun ini dipastikan gagal
panen. Berdasarkan pantaun KM Rimpu Cili, hampir seluruh perkebunan mangga yang
ada di desa ini tidak memiliki bakal buah. Yang tesisa hanya ranting-ranting
bunga yang meranggas.
Salah seorang petani mangga, H.
Abdullah (Aji Dole) yang biasanya memanen mangga sampai puluhan ton, perubahan cuaca telah
membawa kerugian besar bagi petani mangga. Padahal menurutnya, Panda merupakan
salah satu desa pengahasil mangga di kabupaten Bima. “Apa boleh buat, semua
sudah kehendak Tuhan, terpaksa tunggu 1 kali masa panen atau sekitar enam bulan
lagi,” ungkapnya.
Memang melihat kondisi perkebunan
mangga di desa panda, bisa dikatakan 90% tidak akan bisa panen. Ini merupakan
tantangan bagi petani mangga. Padahal pada musim-musim seperti saat ini, mangga
sudah mulai dijajakan para penjual sepanjang jalan desa Panda.
Aji Dole juga menyatakan, bahwa
dampak dari gagal panen ini juga akan dirasakan oleh para penjual buah di pinggir
jalan. “Syukur masih ada jagung, kelapa
muda, dan buah-buahan lain yang bisa mereka jajakan.” Ungkapnya seolah
mengeluhkan nasib para penjual buah itu.
Memang sebagaimana sudah dikenal
oleh warga Bima, bahwa desa Panda merupakan tempat yang strategis. Hal ini yang
dimanfaatkan oleh warga untuk menjajakan berbagai jenis buah terutama garoso (srikaya) dan kelapa muda
sebagai buah yang sangat terkenal dari dahulu. (Kasih)