Pada 17 desember 2010, KM Rimpu Cili menyoroti tentang maraknya pondok reot yang berdiri sepanjang gerbang Kota Bima. Alhamdulillah keadaan itu berangsur berubah. Gerbang kota mulai ditata. Ini terbukti dari pondok-pondok liar yang berdiri sepanjang jalan dari gerbang menuju kota sudah mulai ditertibkan walaupun masih ada beberapa, ini bagian dari ketidaksadaran masyarakat sekitar untuk mendukung program pemerintah. Kini para pedagang sudah ditata di satu tempat di sekitar penjualan Es Buah Batas Kota. Cukup menarik dan merupakan sumber nafkah baru bagi masyarakat.
Bukan itu saja, Dinas Tata Kota bekerja sama denga Polres Bima Kota dan Pol PP mulai menertibkan ternak-ternak yang dilepas liar sepanjang jalan menuju Kota Bima. Ini langkah maju. Bayangkan, pemkot bima sudah mengeluarkan biaya tinggi untuk menata pertamanan kota, bisa rusak seketika akibat ternak-ternak itu. Ketegasan ini sangat dibutuhkan di tengah kesadaran masyarakat yang menurun akan pentingnya keindahan kota.
Namun pemandangan berbeda tampak sejengkal dari gerbang Kota Bima, yakni masuk kawasan Oi Ni’u wilayah Kabupaten Bima. Di bagian ini tampak sembrawut, kumuh, dan tak terurus. Bangunan-bangunan liar dan tak terurus berjejer. Keadaan ini bisa kita lihat sepanjang jalan antara Kota Bima menuju Bandara Muhammad Salahuddin Palibelo.
Yang mengherankan, hampir setiap hari para pejabat Kabupaten Bima melalui jalan itu. Apakah mereka tidak melihat atau pura-pura tidak melihat? Lantas bagaimana dengan program tahun kunjungan wisata? Ketertarikan apa yang akan ditawarkan kepada wisatawan bila kesan yang dimunculkan adalah kesembrawutan.
+ komentar + 1 komentar
pemda kota bima perlu ketegasan, itu saja.