FKUB di Manado Perlu Jadi Contoh

Eka Iskandar, Ketua FKBU Kota Bima
KETUA Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bima, Eka Iskandar, S.Ag, M.Si, mengatakan, ada hal unik yang patut dicontoh bagi daerah-daerah lain berhubungan dengan Kerukunan Umat Beragama (KUB) di Kota Manado, Sulawesi Utara. Misalnya, pada saat acara resmi pemerintah, ada do’a bersama pemimpin umat beragama, atau acara agama tertentu, maka yang menjadi pemimpin do’anya adalah pemimpin agama itu, sedangkan pemimpin agama yang lainnya ikut berdiri bersama dengan berdoa sesuai kepercayaan agama masing-masing.

Hal tersebut diungkapkanya usai mengikuti rangkaian studi banding KUB di Kota Manado, tanggal 8 - 11 Januari lalu yang langsung dipimpin Walikota Bima, H.Qurais H. Abidin bersama rombongan lainnya.

Eka kepada wartawan, Senin kemarin mengatakan, Kota Manado dikenal sebagai Indonesia Mini. Artinya, dalam satu keluarga berbeda agama itu menjadi hal yang sangat biasa dengan istilah lain satu tungku ada beberapa keyakinan. “Manfaat adanya kegiatan silaturrahmi studi banding KUB ini adalah ingin mengetahui sejauhmana keberhasilan pembangunan di daerah yang berkorelasi langsung dengan dukungan pembangunan dinamika kehidupan umat beragama,” jelasnya.

Kata Eka, KUB di Kota Manado adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar agi. Peran Tokoh Agama, tokoh masyarakat dan sentuhan kasih sayang dari sang pemimpin menjadi pilar utama terciptanya kondisi kehidupan yang kondusif dan harmonis.

Ada beberapa langkah yang terus dibangun untuk mencipatakan pola kehidupan yang harminis diantara umat beragama, antara lain, saling menerima perbedaan di kalangan para pemimpin umat beragama, sntuhan kasih sayang untuk mewujudkan KUB adalah suatu keselarasan dan keharusan, KUB bukan saja pada tataran makna tetapi dijadikan implemantasinya pada nilai rasa sehingga kalau ada gejolak, semua elemen dan bersama dengan pemimpin daerah turut ikut bersama menyelesaikan setiap pesoalan yang muncul.

Langkah lainya, keberanian membuka hal-hal yang tabu saat dialog dengan penuh cita, kasih dan sayang. Seluruh elemen masyarakatnya setuju dalam perbedaan dan tidak menjadikan perbedaan itu sebagai masalah, “kalau dalam bahasa agama Islam perbedaan itu adalah rahmat bagi seluruh umat,” ujarnya.

Yang lebih pentig lagi, toleransi. Di mana toleransi ini sudah pada tataran amaliyah dengan mengedepankan urutan kepatutan yaitu mana yang seharusnya dan mana yang sebaiknya. Sehingga banyak belajar dari berbagai peristiwa dan gejolak di daerah lain tentang ketidakharmonisan hidup dari tajamnya perbedaan dan terjadinya jarak sosial di kalangan umat beragama. “KUB laksana pakaian yang berfungsi untuk menutup aurat. Artinya KUB adalah harga mutlak untuk meminimalisir segala persoalan yang berbau SARA (Suku, Agama, ras dan Antar Golongan). Konsep damai dan konsep kasih baru bisa direalisasikan jika mempertemukan perbedaan yang ada,” urai, Sekretaris BPH Suara Mandiri ini.

Masih menurut Eka, saat itu Walikota Bima H. Qurais mengungkapkan, semakin tinggi KUB atau toleransi khidupan umat beragama maka ada jaminan tentan keberhasilan pembanguan di daerah itu. Artinya, kalau dilihat potensi Kota Bima untuk proses pembangunan, sebenarnya bisa menjadikan Pemkot Manado sebagai contoh untuk percepatan pembangunan dalam segala sisi dengan melibatkan aspek agama sebagai modal untuk ukuran nilai dari semua nilai yang ada disamping sebagai spirit untuk etos kerja masing-masing. “Jika masalah sedikit saja yang berhubungan dengan aspek rohani dan agama serta pelaksanaan kehidupan umat beragama yang berbeda dijadikan suatu masalah, maka tentunya akan menjadi penghambat bagi percepatan pembangunan di wilayah Kota Bima,” katanya.

Lanjutnya, bagi kita dan menjadi tugas utama adalah bagaimana menterjemahkan perbedaan sebagai sisi untuk dijadikan alas utama mengurainya menjadi indah dengan terbuka dan mau mengakui perbedaan itu sebagai bentuk keyakinan beragama masing-masing umat.
“Siapapun hidup dengan agama yang diakui secara kenegaraan dan siapapun hidup dalam wilayah hukum NKRI, wajib bagi sang pemimpin daerah untuk menjamin kepastian hidup dan keamanan hidup bagi mereka,” tegas H. Qurais mengakhiri sambutannya.

Rombongan silaturrahmi FKUB yang dimpimpin Walikota Bima H. Qurays H. Abidin juga diikuti Ir. Muhammad Rum (Sekda Kota Bima), Eko P. SH, MH. (Kajari Bima ), Letkol Inf. Tommy Ferry (Dandim 1608 Bima), Kabag Humas dan Protokoler (Drs. Is Fahmi), Kabag Kesra (Drs. H. Fachruddin), Ketua FKUB (Eka, M.Si), Romo Klemen Nempung (Katolik), Pendeta Andreas Basuki (Kristen Potestan), Drs. H. Ichwan P.Syamsuddin, M.Ap (Ketua PDM Kota Bima), Drs. H. Dhena Muhammad (Ketua PC NU Kota Bima) dan Drs. H. Syahrir, M.Ap (Kepala Kemenag Kota Bima). (SMD)
 
Share this post :

VIDEO KAMPUNG MEDIA

Arsip Kabar

Pengikut

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. RIMPU CILI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger