Workshop Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu Lahan Kering di Hotel Marina Kota Bima 17-19 Nov 2013 |
DESA
Mbawa Kecamatan Donggo dijadikan sebagai lokasi percontohan (pilot project)
pengembangan lahan kering demplot pada areal lahan 300 hingga 400 hektare dan
akan dikembangkan secara bertahap hingga 1.000 ha di Kecamatan Donggo dan
wilayah Barat Bolo. Kabupaten Bima merupakan salah satu dari 6 daerah
percontohan se-Indonesia.
Untuk mendukung upaya ini,
dilaksanakan Workshop Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu Lahan Kering Iklim
Kering (SPTLKIK) yang berlangsung selama tiga hari tanggal 17-19 Nopember di
Hotel Marina. Workshop berskala nasional ini diikuti 50 peserta yang terdiri
dati 6 profesor riset dan 34 doktor bidang pertanian dan berhasil merumuskan
sejumlah agenda penting untuk ditindak lanjuti bagi pengembangan lahan kering
di Kabupaten Bima.
Ketua Tim Pengkajian Lahan di
Kabupaten Bima, Prof.Ir Irsal Las bersama 50 peserta workshop usai melakukan kunjungan
lapangan ke Desa Mbawa, Senin (18/11) Kecamatan Donggo, memaparkan, desa Mbawa
mempunyai banyak sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan
budidaya pertanian. Untuk itu, program pembangunan cek dam perlu dijadikan
prioritas utama. Selain itu, masyarakat Desa Mbawa sudah mempunyai modal sosial
yang sangat berharga, yaitu pekerja keras.
Prof Irsal menjelaskan, peningkatan
usaha budidaya di lahan pertanian yang relatif datar, dapat dijadikan pemicu
untuk mengurangi pemanfaatan lahan berlereng curam. Di samping pola usahatani
di Desa Mbawa mempunyai ciri yang khas, seperti tanaman padi umumnya digunakan
untuk konsumsi sendiri dan baru dijual pada tahun berikutnya apabila ada sisa,
sedangkan untuk tanaman jagung digunakan untuk mendapatkan uang tunai. “Ciri
usaha tani seperti ini perlu diperhatikan pada saat kita akan mengenalkan
teknologi baru kepada mereka," papar Irsal.
Dari aspek budidaya, lanjutnya, terdapat
potensi komoditas selain tanaman pangan dan palawija yang dapat dikembangkan
dalam konsep integrasi budidaya pertanian, seperti tanaman perkebunan (kemiri),
buah-buahan (mangga), dan peternakan (kambing/domba dan sapi). “Teknologi yang
terkait dengan potensi tersebut sudah tersedia di UK/UPT lingkup Badan Litbang
Pertanian,” ujarnya.
Mengulas hasil risetnya, Irsal
mengemukakan, proses identifikasi pengembangan Lahan Kering Iklim Kering (LKIK)
di desa Mbawa telah berlangsung cukup lama dan melibatkan banyak pakar dari
Badan Litbang Litbang Pertanian. "Untuk itu, menjadi penting guna mewujudkan
model pembangunan pertanian LKIK secara komprehensif agar harapan masyarakat
setempat untuk memperbaiki tingkat kesejahteraannya dapat terwujud," tuturnya.
(smd)