SAAT INI, diperkirakan sekitar 230 juta anak usia dibawah 4 tahun (0-4 tahun) terinfeksi penyakit kecacingan. Penyakit kecacingan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di berbagai dunia termasuk Indonesia lebih khusus di Kabupaten Bima. Untuk mengurangi prevalensi dan penularan penyakit tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Bima bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi NTB menggelar Sosialisasi Program Kecacingan dan Filariasis, Kamis (1/8) di aula Dikes Kabupaten Bima.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB dan 68 orang dari UPTD Dikpora, KUA Kecamatan dan UPT Puskesmas sebagai peserta.
Kasi Pengendalian Penyakit Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Raodah, SST,Gz, M.Kes dalam laporannya menjelaskan, dampak yang ditimbulkan akibat kecacingan pada anak usia dini akan menimbulkan kekurangan gizi yang menetap (persistent malnourish) yang kemudian hari akan menimbulkan dampak “pendek” menurut “umur” (stunting). “Maka integrasi pemberian obat cacing dengan vitamin A sangat perlu untuk dilakukan,” jelasnya.
Untuk itu program pengendalian kecacingan perlu diintegrasikan dengan berbagai program/kegiatan yang memiliki sasaran yang sama, antara lain program Pengendalian Filariasis, kegiatan UKS untuk peserta didik SD/MI.
Selain itu, untuk menjangkau anak balita (12-59 bulan) maka diintegrasikan dengan program Gizi yaitu pemberian vitamin A di Posyandu, di Pos PAUD dan fasilitas kesehatan lainnya. Oleh karena itu kegiatan sosialisasi ini sangat penting dilakukan agar semua program dan sektoral terkait dapat lebih memahami dan meningkatkan koordinasi antar program dalam upaya pengendalian kecacingan sehingga tercapai peningkatan perbaikan status gizi anak, peningkatan kemampuan kognitif, perbaikan prestasi belajar bagi anak sekolah serta tingginya tingkat kehadiran siswa di sekolah.
“Untuk itu pada tahun 2013 ini akan dimulai pemberian obat cacing kepada anak usia sekolah dan prasekolah bersamaan dengan pekan distribusi vitamian A pada bulan Agustus,” paparnya.
Sementara itu Kabid P2PL Tasmin Bukhori, S.KM menjelaskan, kecacingan disebabkan oleh sanitasi yang buruk. Cacing bertelur dan berkembang biak pada tempat yang tidak sehat. Telur cacing ini kemudian ditularkan pada anak-anak melalui perantara lalat ataupun tangan-tangan yang langsung menyentuh makanan tanpa dicuci terlebih dahulu. “Kemudian telur cacing masuk ke perut dan menetas hingga tumbuh dewasa”. katanya.
Karena sebagai parasit dalam perut maka cacing akan menyerap gizi pada tubuh anak-anak sehingga menyebabkan berat badan anak-anak akan turun.
Sejauh ini, menurut Tasmin, Pemerintah Daerah telah melakukan upaya akselerasi atau percepatan penanganan dengan memberikan obat cacing pada balita usia 1-5 tahun dan anak-anak usia sekolah (12 tahun) di seluruh wilayah Kabupaten Bima.
Narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB Ing. Budi Armika menjelaskan, strategi pencegahan pencacingan adalah dengan memutus mata rantai penularan baik dalam tubuh maupun diluar tubuh. "Caranya dengan program jangka pendek memutus rantai penularan dalam tubuh manusia dengan pengobatan (Albendazol) yang menurunkan prevalensi dan Intensitas infeksi cacaing,” cetusnya.
Selanjutnya program jangka panjang adalah dengan memutus rantai penularan diluar tubuh manusia dengan preventif dan kuratif, kemitraan dan SDM.
Di samping itu harus ditunjang oleh kebersihan lingkungan, kebersihan pribadi, penyediaan air bersih dan jaga pendidikan kesehatan pada masyarakat, guru sekolah dan murid sekolah. (smd)