Setelah sukses berjuang merawat padinya dari berbagai jenis
hama hingga siap panen, para petani di kawasan kecamatan palibelo dan belo
dihadapkan lagi oleh masalah mahalnya gaji buruh tani. Mereka menyesalkan hal
ini terjadi karena dengan demikian biaya akan makin membengkak. Seperti yang
dikeluhkan oleh Hj. Asni (55) warga desa Runggu Kecamatan Belo, Kamis (28/03).
Dia mengaku harus mengeluarkan biaya hingga 75 ribu untuk menggaji 1 orang
buruh tani. “Terpaksa harus digaji mahal. Kalau tidak padi kami kan membusuk di
sawah. Apalagi kami harus berusaha mengindar dari hujan,” ugkapnya kepada KM
Rimpu Cili.
Kondisi ini dirasakan juga oleh
Suryansyah (43) asal desa Belo Kecamatan Palibelo. Ia mengaku harus bergabung
dengan para petani lain untuk memanen padinya. Mereka bergantian bergotong
royong untuk memanen padinya. “Permasalahannya bukan saja mahal, tetapi para
pekerja kurang,” ungkap bapak yang juga bekerja sebagai guru ini.
Menurut M. Isnaini, Kepala Desa
Runggu yang ditemui di persawahan So La Wunu desa Runggu, keadaan mahal dan
kurangnya tenaga buruh tani ini dipicu oleh ulah petani bawang di kawasan
Renda, Ngali dan sekitarnya. Mahalnya harga bawang saat ini membuat para petani
di sana beramai-ramai menanam bawang dan mendrop tenaga kerja yang banyak.
Mereka tidak tanggung-tanggung menawarkan gaji yang tinggi kepada buruh tani.
Akibatnya, para petani padi kalah bersaing untuk mendapatkan tenaga kerja. “Semoga
ini tidak berlangsung lama, sebab usai panen ini para petani padi akan memasuki
musim tanam berikutnya. Kalau kondisi ini masih berlangsung, biaya bertani padi
akan makin mahal,” ungkap ksang kades. (Yusi)