Sejumlah sopir bus jurusan Bima Dompu dan Sumbawa, sejak Senin
(25/3) melakukan aksi blokir jalan raya. Pemblokiran itu sebagai bentuk protes
terhadap pemerintah atau kepolisian yang membiarkan para sopir pick up dan
mobil dengan bak terbuka mengangkut penumpang (non-barang).
Syafrudin sopir Tiga Putra asal Desa Kalampa mengatakan protes
para sopir bus angkutan umum jurusan Bima-Dompu dan Sumbawa sudah berlangsung 3
tahun lalu. Para sopir menuntut pihak kepolisian dan dinas perhubungan, agar
sopir pick up ataupun kendaraan umum yang memiliki bak terbuka dilarang menaikan
penumpang (Non-barang). “Tuntutan kami para sopir sudah tiga tahun, namun tidak
diindahkan. Sekarang kami meminta kejelasan atas status pick up ataupun
kendaraan yang memiliki bak terbuka,” ujar Syafrudin Selasa kemarin
di lokasi pemblokiran jalan.
Tuntutan kami itu dilakukan, pasalnya, sekarang pendapatan kami
dari upah jasa sopir sudah menurun. Setiap hari, kata Syafrudin, para sopir hanya
menerima pemasukan sebesar Rp 70 ribu satu kali trayek menuju Sumbawa. Sedangkan,
setiap hari harus disetor sebesar Rp 400 ribu. “Pemerintah dan Kepolisian tidak
tegas menegakkan aturan, padahal tuntutan kami sudah sejak tiga tahun lalu,”
ungkapnya yang diamini Trisno supir Bus Tiga Putra lainnya.
Kondisi pendapatan yang semakin berkurang, maka sejak Senin (25/3)
sekitar pukul 06.00 Wita para sopir melakukan aksi blokir jalan.
Akibatnya, terjadi kemacetan yang cukup panjang. Sampai berita ini naik cetak,
masih berlangsung dialog antara sopir dengan Kasat Lantas Polres Bima Kabupaten
IPTU Ricky PD dan Kadis Perhubungan Zunaidin HI di bukit desa Pandai Kecamatan
Woha. “kami sudah membuka blokir jalan Selasa pagi kemarin, tapi kami mesih
melihat pick up mengangkut penumpang melewati kami. Maka kami melakukan
pemblokiran lagi,” jelas Syafruddin.
Sedangkan Kadis Perhubungan, Drs Zainuddin HI yang ditemui di
lokasi pemblokiran mengatakan pihaknya sudah berusaha mengawasi lalu lintas
pick up yang mengankut penumpang. Bahkan
sering ditilang, namun masih juga terlihat. Petugas sudah siap di lapangan
untuk melakukan pengawasan, “Saya sudah turunkan anggota untuk mengawasi lalu
lintas pick up itu, namun belum bisa menghentikan perbuatan para sopir pick up
itu,” aku Mantan Camat Ambalawi itu.
Larangan untuk mengangkut
penumpang, sudah sering kali dilakukan baik melalui sosialisasi di masyarakat
maupun di saat melakukan operasi di jalan raya. Sedangkan pick up, banyak
yang datang dari arah Kota Bima. “Saya sudah melakukan koordinasi dengan Dinas
Perhubungan Kota maupun Kasatlantas, namun anggota terbatas sehingga pengawasanpun
sangat terbatas,” tandas Zainuddin. (Haris)