Lapak jagung Panda yang ditinggal pemiliknya (Foto : KM Rimpu Cili. 150313) |
Sejak
dua pekan terakhir ini puluhan lapak jagung yang berjajar di sepanjang pinggir
jalan desa Panda Kecamatan Belo Kabupaten Bima tampak sepi. Padahal,
sebelumnya ratusan pengunjung yang bersinggahan di tempat ini untuk menikmati jagung
bakar atau rebus.
Menurut Hasan, salah seorang penjual jagung, hal ini akibat kurangnya pasokan jagung
dari petani. “Selama ini pasokan jagung lancar.
Itu disebabkan para petani memanfaatkan
sawah untuk menanam jagung, tetapi saat sekarang sawah sudah dimanfaatkan untuk
menanami padi. Jagung yang ada sekarang adalah jagung yang ditanam di tegalan
dan itu tidak bisa memenuhi kebutuhan,” ungkap bapak satu anak ini.
Demikian
pula yang dikeluhkan oleh Bu Nani (25). Ia mengaku terpaksa beralih untuk berjualan
srikaya. Menurutnya, berjualan srikaya sangat beresiko. “Srikaya itu, selain
modalnya besar, kalau hujan bisa tidak laku, sedangkan jagung, kalau hujan
malah tambah laris,” keluh Nani.
Bukan
saja penjual yang merasa kecewa dengan kondisi tersebut. Para penikmat jagung
yang sering berkunjung pun merasa kecewa. Juanaidin, warga Salama Kota Bima
yang disapa KM Rimpu Cili pada Jumat (15/03) mengatakan dia pun menyesalkan hal
itu. “Sebenarnya saya mau cari jagung, ternyata sudah habis, ya apa boleh buat
terpaksa saya beli kelapa muda saja untuk oleh-oleh,” tutur Junaidin.
Memang,
sebagai mana diberitakan KM Rimpu cili sebelumnya, bahwa antusiasme warga Bima terhadap
jagung bakar/ rebus yang dijajakan di desa Panda luar biasa. Sontak hal ini menjadikan
pendapatan baru bagi warga desa Panda. Sekejap lapak-lapak jagung berdiri dan
diramaikan oleh pengunjung. Namun sekarang tempat itu menjadi sepi. Kini yang
tertinggal hanya 1 atau 2 orang saja yang menjual jagung, lainnya berjualan
kelapa muda dan srikaya.
Yusuf
Ahmad, Kepala Desa panda, juga menyesalkan hal itu. Ia merasa kasian terhadap
para penjual jagung desa panda. Namun menurutnya, kondisi cuaca yang tidak
stabil menyebabkan para petani desa Panda tidak berani tanam jagung. “Lahan di
sini tadah hujan. Jadi petani tidak mau mengambil resiko. Selama ini jagung
paling banyak dipasok dari luar desa, tapi sekarang lahan jagung sedang
ditanami padi,” ungkap Yusuf.
Yusuf
juga menambahkan, bahwa ia akan berkonsultasi dengan Dinas Pertanian Tanaman
pangan untuk mendapatkan solusi tentang kelangkaan jagung ini. Semoga. (Yusi)