Buntut dari perseteruan Roi-Roka yakni masih dilakukan pemblokiran jalan
oleh warga Roi. Hal ini berdampak pada terganggunya aktivitas pelajar, pegawai,
dan masyarakat sekitar yang menggunakan jalur lintas Teke- Cenggu. Warga Teke, Nata dan Dore yang seharusnya menuju desa Runggu atau Cenggu, kini harus
memutar melalui Tente.
Demikian pula para pelajar Roi yang belajar di SMP/ SMA di Cenggu. Mereka
harus memutar melalui Talabiu dan Tente Woha. Bahkan untuk mengantisipasi hal
ini, pihak brimob melakukan antar jemput siswa asal desa Roi. Hal ini juga
dilakukan untuk mengantisipasi adanya kemungkinan gangguan keamanan bagi siswa.
“Kami tidak tahu sampai kapan antar jemput pelajar
Roi ini akan berakhir, belum lagi pelajar asal Roi yang bersekolah
di Madrasyah Desa Roka. Mereka tak masuk sekolah sama sekali” keluh Asni
pelajar asal Roi.
Banyak pihak yang sangat
kecewa akibat pemblokiran jalan ini. Pasalnya aktivitas masyarakat desa sekitar
sangat terganggu. Begitu pula yang diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Kecamatan
(PK) partai Golkar Kecamatan Lambitu, M Said. Beliau sangat menyesalkan
pemblokiran jalan yang juga mengakibatkan warga Kecamatan Lambitu yang akan ke
Bima lewat Roi tidak bisa. Warga ingin lewat Roi karena sangat pendek jarak
tempuhnya. Sedangkan mau lewat Tente, Konsekwensinya jarak tempuh menjadi
panjang dan lama.
Tidak hanya itu saja,
para pegawai yang tinggal di Bima dan bekerja di Kecamatan Lambitu harus
menempuh jarak yang cukup panjang yakni harus meliwati Tente, perjalanan
memutar dan sangat melelahkan. “Kami berharap, masyarakat Roi segera
membuka jalan sehingga tidak mengganggu aktivitas warga yang lain. Semoga semua
ini cepat berakhir” pinta Ida warga Cenggu yang bekerja di SMPN 1 Palibelo.(Harry)