Bagi siapa saja yang menyambangi
Kota Bima, pasti menyaksikan kota ini sedang giat-giatnya melaksanakan penataan
kota. Hal ini dapat kita liat pada keseriusan Pemkot Bima menata pertamanan
kota dari pintu gerbang kota di Lingkungan Oi Ni’U Kelurahan Dara hingga
perbatasan dengan Kecamatan Wawo kabupaten Bima. Bahkan jalan Melayu Kolo sudah
tertata begitu rapinya.
Namun yang sangat mengecewakan,
keseriusan pemerintah ini tidak semua masyarakat mendukungnya. Setidaknya
mereka bisa ikut menjaga hal-hal istimewa yang sudah dibangun oleh pemerintah.
Pasalnya, Senin(25/06/12), sekitar pukul 14.00 waktu setempat, tampak beberapa
ekor sapi berkeliaran di pintu gerbang kota, tepatnya di taman kota yang
teletak di Oi Ni’u Kelurahan Dara. Salah seorang anggota KM Rimpu Cili dan
beberapa pengendara sepeda motor lainnya yang peduli menghentikan sepeda
motornya dan berusaha menghalau sapi-sapi tersebut. Namun ternyata sapi itu ada
yang menggembalakannya. Sempat terjadi adu mulut antara pengendara-pengendara
dengan penggembala itu. Rupanya si penggembala tidak terima sapinya diusir dari
taman. Setelah diberikan penjelasan,
penggemabala itu pun akhirnya sadar juga. Sapi itupun dihalau jauh dari taman.
Peristiwa di atas bukan sekali
ini terjadi. Sejak Pemkot Bima dipimpin oleh H. M. Nor Latif (alm), peristiwa
yang menunjukkan ketidakpedulian masyarakat selalu terjadi. Dari kebiasaan
melepas ternak keliaran, perusakan lampu taman hingga buang sampah sembarangan menjadi
tantangan pemerintah dalam mempercantik kota. Padahal, untuk membangun taman
itu telah dikeluarkan biaya yang tidak sedikit. Demikian pula tempat sampah telah
disiapkan di tempat-tempat strategis, namun karakter masa bodoh masyarakat kota
masih sulit dihilangkan.
Memang, untuk menjaga keindahan
kota dari hal-hal yang dapat merusak, Pemkot dalam hal ini Satpol PP dan Linmas
sering melalukan razia. Sangatlah tidak mungkin mereka melakukan penjagaan 24 jam. Demikian juga imbauan dan sosialisasi sudah dilakukan
lewat keluraha dan berbagai kesempatan. Namun kesadaran masyarakat untuk menjaga
kebersihan dan keindahan kota belum juga mengakar. Lantas, sampai kapan keadaan
ini berlangsung? Semoga Tuhan menyadarkan mereka untuk ikut bertanggung jawab.
(Teon)