Kali pertama di tahun 2012,
Pemerintah Kabupaten Bima menghelat pacuan kuda tradisional (pacoa jara, red)
di arena Pacuan Kuda Desa Panda Kecamatan Palibelo. Ratusan kuda dari Bima,
Dompu, Sumbawa bahkan Flores NTT, ikut dalam
ajang yang memperebutkan piala Bupati Bima yang dibuka secara resmi, Rabu (9/5). Rencananya pacuan tersebut akan berlangsung hingga 10 hari kedepan.
Asikin, warga Desa Panda, mengaku
senang jika pemerintah menghelat pacuan kuda di kampungnya. Pasalnya,
masyarakat setempat bisa memanfaatkan moment tersebut untuk berjualan dan
bahkan ada warga yang diakomodir sebagai pekerja dalam kepanitiaan pacuan kuda.
“Adanya pacuan kuda di Desa Panda, menghidupkan ekonomi masyarakat kami.
Minimal, kami bisa berjualan dia arena,” aku Asikin.
Selain dapat memunculkan pedagang
musiman, lanjut Asikin, perhelatan pacuan kuda juga bisa mengatasi pengangguran
meskipun bersifat sesaat. Mulai dari anak-anak yang berprofesi sebgai joki, Pemuda
dan bahkan orang tua, diakomodir untuk dijadikan panitia seperti menjadi
petugas tiket/karcis masuk dan tukang parkir. “Bagi para orang tua yang biasa
dengan kuda, tak jarang juga dimanfaatkan oleh pemilik kuda sebagai pelepas
kuda di box start,” urainya.
Pedagang rokok dan penyewa sarana
warung dalam arena pacuan, didominasi oleh warga Desa Panda. Belum lagi halaman
warga sekitar pacuan yang disewakan oleh pemilik kuda selama pacuan
berlangsung. “Sewa tempat untuk sekedar mengikat kuda saja, warga yang memiliki
lahan bisa mendapatkan ratusan ribu rupiah,” paparnya.
Hanya saya, Asikin sedikit
menyesalkan fenomena yang tampak dalam arena pacuan kuda. Para
pecandu kuda, secara terang-terangnya berjudi di panggung yang telah disiapkan
setiap kali pelepasan. “Judi kuda ini dilakukan secara terang-terangan. Bahkan
jadi tontonan gratis. Parahnya, anak-anak yang joki juga terkadang ikut berjudi,”
bebernya.
Menurut Asikin, jika saja judi
pacuan itu dilegalkan, akan lebih baik jika pihak aparat atau pemerintah
mengatur format serta tekhnisnya, sehingga pacuan tradisional yang menjadi
kebanggan masyarakat Bima itu tidak dinodai. (Herry)