Asyih mengenakan pakaian adat Bima |
PROGRAM Pengiriman Delegasi Pemuda atau Indonesia-China Youth
Exchange Program (ICHYEP) tahun 2013, memilih wakil dari provinsi-provinsi di
Indonesia untuk berangkat ke Negeri China. Untuk meraih kesempatan itu tak
mudah, namun dengan modal prestasi di beberapa bidang, akhirnya Asyih Fitriyani
terpilih menjadi duta NTB bersama 99 orang lainnya dari seluruh Provinsi di
Indonesia guna mengikuti kegiatan yang dilaksanakan mulai
28 Agustus hingga 9 Oktober 2013.
Asyih, sapaannya, perempuan asli
Kelurahan Lewirato Kota Bima yang lahir pada tanggal 11 Mei 1989 menjadi orang
pertama di Kota Bima yang mendapat kesempatan mewakili Provinsi NTB pada
kegiatan Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN).
Kegiatan yang merupakan agenda
tahunan Kemenpora RI itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemuda Indonesia
dalam berbagai aspek. Perwakilan pemuda dari seluruh provinsi di Indonesia
dikirim ke Negara-negara yang telah menjalin kerjasama di bidang kepemudaan
dengan Indonesia seperti Australia, Malaysia, Kanada, Korea, India, Jepang, dan
China.
Asyih kepada sejumlah wartawan, Jum'at (18/10) mengaku, perwakilan setiap
Provinsi didapatkan melalui seleksi yang diselenggarakan oleh PCMI (Purna
Caraka Muda Indonesia). Seleksi tersebut mencakup wawasan internasional,
nasional dan daerah, kemampuan berbahasa asing terutama Bahasa Inggris, sikap
dan perilaku, prestasi serta kemampuan dalam bidang kesenian. “Berbekal
beberapa prestasi yang saya raih dalam bidang olahraga beladiri Tae Kwon Do
yang saya geluti sejak tahun 2006, kemampuan seni, bahasa Inggris serta rasa
percaya diri, saya mengikuti seleksi PPAN yang bertempat di Aula Dispora
Provinsi NTB,” ujarnya.
Saat test tersebut, ia mengaku,
selalu menunjukan kemampuan terbaiknya. Seperti menyanyikan lagu daereah Bima, dambe-dambe,
kemudian menari sampela lempo, bermain gitar, musikalisasi puisi dan
menunjukkan kemampuan akting yang didapat ketika aktif menjadi anggota teater
selama kuliah di Jogja. “Saat pengumuman hasil seleksi, alhamdulillah saya
terpilih sebagai wakil NTB untuk program pertukaran Indonesia-China atau yang
lebih dikenal dengan IChYEP. Saat itu, tidak ada yang bisa menggambarkan rasa
bahagia saya, karena mungkin saya perwakilan Kota Bima pertama yang bisa
mewakili NTB dalam program yang telah berlangsung selama belasan tahun ini,”
kata alumni Universitas Negeri Yogyakarta jurusan Literary Studies of
English Language and Literature Study Program itu.
Usai terpilih, lanjutnya, dirinya
mengikuti program upgrading atau pembekalan selama hampir tiga bulan yang
diadakan oleh PCMI NTB. Pembekalan meliputi berbagai kegiatan yang mengajak
peserta meningkatkan kemampuan dan wawasan terutama menyangkut sejarah,
kondisi, kebudayaan (adat istiadat dan kesenian) dan segala hal tentang NTB.
Putri Alm. Muhammad Arif, S.Sos dan
Sunarti, S.Sos. MM yang menjadi Kabid Diklat BKD Kota Bima itu
menjelaskan, selama 10 (30 September – 9 Oktober 2013 ) hari berada di China,
100 delegasi Indonesia tersebut akan mengikuti berbagai agenda yang telah dirancang
oleh All China Youth Federation sebagai organisasi kepemudaan China yang
menjadi host selama kegiatan berlangsung. Berbagai agenda ini telah disusun
sedemikian rupa agar mencangkup tujuan program ini yaitu pertukaran wawasan di
bidang sosial, pendidikan, dan kebudayaan.
Ditanya tentang tujuan program
tersebut, gadis yang sering menjuarai event Tae Kwon Do itu menyebutkan,
tujuan diantaranya yakni, memperkuat persahabatan dan pemahaman antara pemuda
kedua negara. Memperluas kesempatan bagi pemuda untuk memperdalam pemahaman
tentang kebudayaan, adat istiadat dan sosial ekonomi kedua Negara, Menumbuhkan
toleransi dan kreatifitas, memperluas cara berpikir dan pengetahuan baru dalam
berbagai aktifitas kepemudaan dan memperluas dan memperkuat kerjasama antar kedua
negara dalam berbagai aspek.
Asyih mengaku, selama di China,
dirinya dan 99 orang pemuda Indonesia kerap mengunjungi berbagai tempat yang
memperlihatkan kemajuan dan kebesaran China sebagai Negara maju di kawasan
Asia. Tema kunjungan sendiri meliputi sejarah, kebudayaan, kepemudaan, edukasi,
ekonomi, teknologi, industry, Olahraga, dsb. Adapun sejumlah tempat yang
dikunjungi antara lain, Beijing Planning Exhibition Hall, The Great Wall,
Forbidden City, Museum of Ms. Teresa TENG, Qianmen Street, The Center of Jianguomen Street
Community, The Historical and Cultural Museum, The Center for Network Film & Television of CYLC, Silk Street
Market dan All China Youth Federation (ACYF).
“Tidak hanya itu, kami juga mengunjungi beberapa universitas maupun komunitas pemuda,
anak maupun manula,” tuturnya.
Kata dia, kendati hanya berlangsung
10 hari, tapi banyak hal yang diperolehnya dari program tersebut. Seperti
sebuah metode pembelajaran yang tidak bisa dipandang sebelah mata dimana
dirinya bisa langsung mendatangi, melihat dan menyerap setiap hal baru yang
ditemukan di China. Contoh saja, kekaguman terhadap tinggi nya rasa hormat dan
penghargaan masyarakat China terhadap sejarah dan kebudayaan. Kemudian, tingkat
kedisiplinan yang tinggi dan keuletannya dalam bekerja yang perlu untuk di
tiru.
Dari kunjungan tersebut, lantas apa
yang bisa dikorelasikan dengan kondisi Indonesia, Khususnya NTB? Asyih mengaku,
adalah masalah kepemudaan atau pemberdayaan pemuda. Di provinsi NTB sendiri,
menurutnya merupakan peran dan kontribusi pemuda dalam berbagai bidang
pembangunan masih kurang terlihat. Tapi di China, 80 persen karyawan baik
pemerintah maupun swasta adalah kaum muda. Pelaku industry seperti di pabrik
pembuatan mobil Chery bahkan pekerjanya 95 persen kaum muda sepantaran siswa
SMK di Indonesia. “Begitu berhasilnya China melakukan pemberdayaan dan
peningkatan kualitas kaum muda agar dapat berperan aktif di berbagai bidang
pembangunan. China sepertinya sangat percaya bahwa masa depan bangsa ada di
tangan pemuda,” terangnya. (smd)