Suasana Yudisium Ke-5 STKIP Taman Siswa Bima |
SELALU ada yang menarik saat penyelesaian studi mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa. Saat kegiatan yudisium beberapa waktu lalu, kampus setempat juga mengumumkan mahasiswa yang meraih hasil terbaik untuk pembuatan skripsi dan mahasiswa yang meraih hasil tertinggi pada nilai.
Seperti yang sudah diraih oleh wisudawan program studi (prodi) sejarah, A. Gaffar Hidayat, SPd. Dengan skripsi yang dibuatnya mengenai Perspektif Masyarakat Terhadap Kehidupan Sosial Waria, ia berhasil nilai tertinggi di Prodinya yakni sebanyak 3,57 serta berhasil menyabet skripsi terbaik.
Gaffar yang ditemui di salah satu ruangan lembaga kampus setempat menceritakan, dirinya sengaja mengangkat tema tentang kehidupan sosial waria, karena selama ini waria seringkali dijadikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dengan gayanya, penampilannya serta tingkah laku, padahal sesungguhnya waria tidak pernah menganggu orang lain. “Ini fenomena yang membuat saya tertarik mengangkat skripsi tentang waria. Dalam kehidupan sehari-hari terkadang waria juga dipandang sebelah mata, padahal mereka waria juga mampu memberikan kontribusi positif,” ujarnya.
Untuk menyelesaikan pembuatan skripsinya itu, Gaffar mengaku mengambil sample waria di Desa Timu Kecamatan Bolo. Sebanyak tujuh orang waria ia wawancara, tidak hanya itu sejumlah masyarakat setempat juga ia mintai tanggapan tentang waria. Kepada dirinya rata-rata waria mengaku, pilihan menjadi waria merupakan hasrat yang tidak bisa dijelaskan. Secara naluriah mereka tumbuh dengan watak dan karakter yang mengarah pada prilaku tersebut. “Itu pilihan hidup mereka, bukan dibuat-buat. Dan mereka bangga dengan keberadaannya, meski banyak yang tidak menghargainya,” kata pria berbadan tinggi itu.
Demikian juga dengan masyarakat, lanjutnya, saat ia meminta tanggapan, muncul beragam persepsi. Banyak yang mengaku risih melihat tingkah laku mereka yang berlebihan, namun ada juga masyarakat yang bisa menerima waria dengan apa adanya. “Waria juga memberikan kontribusi yang positif untuk lingkungan di sekitar. Seperti keahlian mereka pada bidang salon dan perdagangan, juga menjadi bagian yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat,” terangnya.
Ia mengaku, dari hasil pembuatan skripsinya tersebut, setidaknya ada dua hal yang bisa dicapai. Pertama yakni, dirinya yang kelak bakal menjadi seorang guru, secara dini mampu mencegah siswa – siswinya yang nanti terlihat tanda-tanda mengarah pada sikap waria. Kemudian, minimal mampu memberikan pengertian kepada masyarakat, terutama di lingkungan tempat waria, bahwa hidup dengan perbedaan akan jauh lebih indah.
Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana, Sahrur, S.Si menyatakan, jumlah peserta yang di wisuda dan Sabtu (29/6) lalu sebanyak 426 orang. Dengan rincian pada lima program studi (Prodi), masing-masing prodi Sejarah sebanyak 163 orang, Prodi Matematika sebanyak 19 orang, Prodi Fisika sebanyak 32 orang, Prodi Bahasa Inggris sebanyak 30 orang dan Prodi Penjaskesrek sebanyak 186 orang.
Ia juga menyebutkan lima orang wisudawan terbaik di masing-masing Prodi. Untuk prodi Sejarah, diraih oleh A. Gaffar Hidayat dengan nilai 3,57, Prodi Matematika diraih Susanti, SPd dengan nilai 3,77, Prodi Fisika diraih oleh Wina Lismayani dengan nilai 3,56. Kemudian untuk Prodi Bahasa Inggris Endang Erawati dengan nilai 3,32 dan Prodi Penjaskesrek Irwansyah dengan nilai sebanyak 3,45. “Tidak hanya wisudawan terbaik, Kami juga mengambil sejumlah mahasiswa yang memiliki skripsi terbaik,” ujarnya.
Sementara itu, pengurus Lembaga STKIP Taman Siswa, Ibnu Khaldun, MSi mengatakan, STKIP Taman Siswa daam perkembangannya tetap konsisten untuk meningkatkan kualitas SDM dan pengajaran. Salah satu upaya peningkatan itu yakni memberikan kesempatan kepada wisudawan terbaik untuk menjadi asisten dosen. “Saat ini sudah 15 orang yang menjadi Asisten dosen. Lima orang diantaranya sudah melanjutkan S2,” katanya.
Tidak hanya itu, pihaknya selalu membuka jaringan dengan kampus lain untuk memperluas akses peningkatan kualitas pengajar dan pendidikan. Seperti yang telah dilakukan sekarang yakni dengan Universitas Indonesia (UI) dengan kerjasama belajar ke negara Prancis. (smd)